Etika adalah ilmu tentang baik dan
buruk serta tentang kewajiban dan hak. Etika dapat diartikan sebagai kumpulan
azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. Etika adalah nilai benar dan
salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Etika terdiri dari etika
deskriptif dan etika normatif. Etika deskriptif menggam-barkan tingkah laku
manusia apa adanya, sedangkan etika normatif menilai tingkah laku tersebut.
Etika secara sistematis dibedakan atas etika umum dan etika khusus. Etika umum
melahirkan teori, sedangkan etika khusus melahirkan etika individual dan etika
sosial. Etika umum ”lebih” bersifat deskriptif, sedangkan etika khusus ”lebih”
bersifat normatif. Sifat deskriptif etika umum terlihat dari paparan filosof
tertentu pada ajaran, doktrin atau teorinya. Sifat normatif etika khusus
terlihat, misal-nya pada etika profesi. Pemahaman seseorang mengenai etika
sering-kali kurang tepat. Ada yang mengartikan etika seba-gai tentang apa yang
yang baik dan apa yang buruk, tapi banyak pula yang mengartikan etika sebagai
nilai mengenai benar dan salah.
Ada
pula yang mengartikan etika sebagai kumpulan nilai-nilai yang berkenaan dengan
ahlak. Pemahaman yang demikian disebabkan oleh karakteristik etika yang
bersifat deskriptif dan nor-matif, sehingga dinamakan sebagai etika des-kriptif
dan etika normatif. Etika deskriptif membe-rikan gambaran mengenai suatu norma
tanpa mem-berikan penilaian, sedangkan etika normatif mem-berikan penilaian
terhadap norma yang berlaku, tidak sekedar menggambarkan norma-norma tersebut.
Etika Jawa misalnya,
seringkali digambar-kan sebagai serangkaian norma yang berlaku dalam masyarakat
Jawa. Norma tingkah laku yang berlaku dikalangan masyarakat Jawa seringkali
dipandang sebagai nilai-nilai yang dikagumi oleh masyarakat jawa, namun oleh
masyarakat selain Jawa belum tentu demikian. Etika bersifat normatif, menilai
tingkah laku seseorang atau sekelompok masya-rakat, apakah memang demikian?
Penilaian tentang norma-norma tingkah laku tentunya bermuara kepada suatu
tujuan. Apakah tujuan yang dimaksud? Secara sistematis, etika terbagi atas
etika umum dan etika khusus. Etika umum berbentuk teori, sedangkan etika khusus
yang terdiri dari etika individual dan etika sosial. Salah satu bentuk etika
khusus adalah etika profesi. Etika umum ”lebih” bersifat deskriptif,
sedangkan etika profesi ”lebih” bersifat normatif.
Etika secara umum melahirkan
berbagai ragam etika yang berhubungan dengan ajaran-ajaran atau doktrin yang
dicetuskan oleh para filosof. Etika khusus, terutama etika sosial menghasilkan
berbagai etika, seperti etika keluarga, etika bisnis, etika pro-fesi dan
sebagainya.
Etika profesi mempunyai dinamika
tersen-diri yang berbeda dibandingkan dengan bentuk etika-etika sosial lainnya.
Dalam kehidupan beror-ganisasi atau menjalankan profesinya, seorang indi-vidu
atau kelompok seringkali dihadapkan pada permasalahan yang menyangkut etika
manajemen. Bagaimanakah seharusnya seorang manajer menam-pilkan tingkah lakunya
dalam kehidupan beror-ganisasi? Apakah seorang manajer sudah menjalan-kan
perannya sesuai etika manajemen ? Untuk memberikan pemahaman yang tepat, maka
perlu dilakukan penelaahan yang lebih men-dalam tentang hakekat etika, baik
yang bersifat nor-matif maupun yang bersifat deskriptif, termasuk tujuan sebuah
etika dan etika yang berlaku sebagai etika profesi. Penelaahan dilakukan dengan
studi literatur dan dikaitkan dengan berbagai fenomena yang ditemui dalam
kehidupan empiris.
Etika menganalisis makna yang
dikandung dalam predikat kesusilaan dan menyelidiki peng-gunaan predikat dalam
kehidupan sehari-hari. Dari sini lahirlah apa yang disebut sebagai etika
deskrip-tif. Etika deskriptif menggambarkan suatu obyek secara cermat mengenai
segala yang bersang-kutan dengan bermacam-macam predikat dan tanggapan,
terutama predikat dan tanggapan kesusi-laan yang telah diterima dan
digunakan dalam masyarakat.
Etika deskriptif melukiskan
segala sesuatu secara secara netral dan tidak memberikan peni-laian. Etika
deskriptif hanya memberikan gambaran apa adanya, berikut makna-makna yang
terkandung dalam setiap perbuatan dan tidak memberikan peni-laian. Etika tidak
hanya bersifat deskriptif, tetapi juga normatif. Etika tidak terbatas pada
pemantauan terhadap moralitas, tetapi melakukan juga penilaian dengan refleksi
kritis, metodis dan sistematis ten-tang tingkah laku manusia berkaitan dengan
norma.
Penilaian tersebut merupakan
refleksi ilmiah tentang tingkah laku manusia dari sudut norma atau sudut baik
dan buruk. Etika normatif membicarakan apa yang seharusnya dikerjakan, apa yang
seharusnya terjadi atau apa yang memung-kinkan seseorang melakukan hal yang
bertentangan dengan seharusnya.
Etika normatif mengemukakan
penilaian tentang perilaku manusia dan menilai perilaku terse-but sesuai dengan
norma tertentu. Etika normatif tidak sekedar melukiskan suatu tingkah laku
tetapi menentukan benar tidaknya tingkah laku seseorang. Etika normatif tidak
deskriptif, tetapi bersifat preskriptif (memerintahkan). Etika normatif
merupakan norma-norma yang menuntun manusia bertindak secara baik dan
menghindarkan hal-hal yang buruk sesuai dengan kaidah yang berlaku di
masyarakat. Etika normatif melakukan penilaian terhadap tingkah laku manusia
secara individual ataupun kelompok (sosial). Seba-gai individu, manusia terikat
oleh kewajiban dan berupaya mencapai akhlak yang luhur atau menjadi orang yang
bajik. Sebagai anggota kelompok, manusia berkaitan dengan nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat, berinteraksi dengan individu lain atau kelompok baik
formal ataupun non formal.
Etika khusus berkaitan dengan
etika indivi-dual dan etika sosial. Etika individual berbicara tentang perilaku
manusia terhadap dirinya sendiri untuk mencapai ahlak yang luhur. Etika sosial
ber-bicara mengenai kewajiban, sikap dan perilaku sebagai anggota masyarakat
yang mempunyai nilai-nilai tertentu seperti saling berinteraksi, saling
menghormati, dan sebagainya. Etika sosial melahir-kan berbagai ragam etika
seperti etika keluarga, etika bisnis, etika profesi dan sebagainya. Etika
khusus, termasuk di dalamnya adalah etika sosial dan etika individual ”lebih”
bersifat normatif. Etika profesi yang merupakan bagian dari etika sosial juga
”lebih” bersifat normatif.
Etika merupakan ilmu yang
menetapkan ukuran atau kaidah yang mendasari pemberian tang-gapan atau
penilaian terhadap perbuatan manusia. Kaidah atau norma adalah nilai yang
mengatur dan memberikan pedoman atau patokan tertentu bagi setiap orang atau
masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan peraturan yang telah disepakati. Kaidah
atau norma biasanya berisi tentang perintah yang merupakan keharusan bagi seseorang
untuk berbuat sesuatu karena akibatnya dipandang baik, Kaidah atau norma juga
biasanya berisi tentang larangan yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk
tidak berbuat sesuatu karena akibatnya dipandang tidak baik. Kaidah atau
norma-norma tersebut umum-nya berbentuk norma agama, susila, kesopanan dan
norma hukum. Norma-norma tersebut menghasilkan etika agama, moral, etiket, kode
etik dan seba-gainya. Etika agama atau moral terwujud dalam predikat moral baik
dan buruk, etiket terwujud dalam bentuk sopan santun, sedangkan norma
hukum yang berbentuk kode etik berbentuk tata tertib yang memelihara perilaku
profesional
Etika profesi adalah perilaku
yang dianjur-kan secara tepat dalam bertindak sesuai dengan nilai-nilai
moral yang pada umumnya diterima oleh masyarakat. Etika profesi dihasilkan dari
penerapan pemikiran etis yang berkaitan dengan perilaku profesi tertentu.
Profesi manajer misalnya, seharus-nya mempunyai etika yang berkaitan dengan
kedudukannya sebagai seorang pemimpin.
Etika kepemimpinan yang
seharusnya dicapai oleh seo-rang manajer adalah etika kepemimpinan yang
memberdayakan.
Andi Kirana dalam bukunya
yang berjudul Etika Manajemen menyatakan bahwa kepemimpi-nan yang memberdayakan
adalah menghormati orang lain, menghargai kekuatan dan kontribusi mereka yang
berbeda, menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka dan jujur, bertanggung
jawab untuk bekerja sama dengan yang lain, menga-lami nilai pertumbuhan dan
perkembangan pribadi. Menghormati orang lain, terutama orang yang menjadi
bawahan tidak akan membuat kehormatan pemimpin menjadi berkurang. Pemimpin yang
menghormati para bawahannya justru akan menumbuhkan rasa hormat orang lain,
sehingga makin besar pengaruh yang dimilikinya terhadap orang lain. Usaha atau
kontribusi yang diberikan oleh bawahan hendaknya dihargai secara wajar,
terlepas dari segala kekurangan dan kelebihannya. Pemim-pin hendaknya menyadari
hakekat manusia yang berbeda-beda dalam kemampuannya. Komunikasi, sebagai salah
satu elemen penting dalam kepemimpinan hendaknya dikem-bangkan untuk mewujudkan
etika kepemimpinan yang memberdayakan. Dengan komunikasi yang terbuka dan
jujur, pengaruh seorang pemimpin terhadap bawahan yang dipimpinnnya akan lebih
efektif.
Etika kepemimpinan yang memberdayakan juga
mementingkan kepuasan pelanggan, berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan,
mempunyai kesadaran akan adanya perbaikan sebagai suatu proses yang tetap
sehingga setiap orang harus ikut ambil bagian secara aktif. Kepuasan pelanggan
dapat terwujud apabila kebutuhan yang diharapkan dapat terpenuhi. Pelanggan
adalah pihak yang terkena dampak langsung maupun tidak langsung dari produk
atau proses. Pemimpin banyak melakukan interaksi dengan berbagai pelanggan,
baik pelang-gan internal maupun eksternal. Bawahan merupakan pelanggan internal
pemimpinnya, sebagaimana pemimpin juga adalah pelanggan internal para bawahan. Sebagai
anak buah, bawahan mempunyai berbagai kebutuhan baik yang kebutuhan fisik
maupun lebih dari sekedar kebutuhan yang bersifat fisiologis. Semua kebutuhan
tersebut, baik kebu-tuhan fisiologis (physiologis needs), kemanan (safety
needs), sosial (social needs), harga diri (esteem needs) ataupun aktualisasi
diri (self actualization needs) akan memberikan kepuasan bila terpenuhi sesuai
tingkatannya.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, seorang pemimpin hendaknya dapat menggunakan teknik kepemimpinan yang sesuai. Salah satu teknik kepe-mimpinan yang dipandang efektif untuk memuaskan tujuan tersebut adalah kepemimpinan transfor-masional. Pemimpin transformasional adalah seorang yang memiliki kekuatan untuk mendatangkan peru-bahan di dalam diri para anggota tim dan di dalam organisasi secara keseluruhan Kepemimpinan ini sangat di perlukan untuk meningkatkan kinerja seseorang, kelompok, dan organisasi secara drastis. Dapat disimpulkan bahwa:
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, seorang pemimpin hendaknya dapat menggunakan teknik kepemimpinan yang sesuai. Salah satu teknik kepe-mimpinan yang dipandang efektif untuk memuaskan tujuan tersebut adalah kepemimpinan transfor-masional. Pemimpin transformasional adalah seorang yang memiliki kekuatan untuk mendatangkan peru-bahan di dalam diri para anggota tim dan di dalam organisasi secara keseluruhan Kepemimpinan ini sangat di perlukan untuk meningkatkan kinerja seseorang, kelompok, dan organisasi secara drastis. Dapat disimpulkan bahwa:
1.
Etika mempunyai berbagai pengertian
yang membuat seseorang berbeda pendapat dan mela-hirkan adanya etika deskriptif
dan etika nor-matif.
2.
Etika deskriptif bersifat
menggambarkan ting-kah laku manusia apa adanya. Etika Jawa yang diritualkan
dalam acara panggih tergambar norma-norma yang dianut oleh masyarakat Jawa,
khususnya dalam menapaki bahtera rumah tangga.
3.
Etika normatif menilai tingkah laku
masyarakat dberdasarkan norma-norma tertentu. Etika nor-matif mengharuskan
masyarakat bertingkah laku tertentu atau seharusnya agar dinilai etis atau
baik.
4.
Etika sering disistematiskan menjadi
etika umum dan etika khusus. Etika umum mela-hirkan ajaran, doktrin atau teori,
sedangkan etika khusus melahirkan etika individual dan etika sosial.
5.
Etika umum ”lebih” bersifat
deskriptif, sedang-kan etika khusus ”lebih” bersifat normatif. Sifat deskriptif
etika umum terlihat dari paparan filo-sof tertentu pada ajaran, doktrin atau
teorinya. Sifat normatif etika khusus terlihat, misalnya pada etika profesi.
6.
Etika menetapkan kaidah atau norma
yang berisi keharusan-keharusan untuk tidak berbuat sesuatu. Norma terseut
menghasilkan etika agama, moral, etiket, kode etik dan sebagainya.
7.
Profesi manajer seharusnya mempunyai
etika yang berkaitan dengan kedudukannya sebagai seorang pemimpin. Etika
kepemimpinan yang seharusnya dicapai oleh seorang manajer adalah etika
kepemimpinan yang memberdayakan.